Headlines News :
Home » » ORIENTASI PENDIDIKAN BERBASIS OUTPUT

ORIENTASI PENDIDIKAN BERBASIS OUTPUT

Written By Kanak Kateng on Thursday, March 15, 2012 | 10:09 PM


Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan manusia berfikir kreatif dan inovatif, banyuak pakar pendidikan mendefinisikan pendidikan sebagai sarana untuk memanusiakan manusia. artinya dengan pendidikan yang baik manusia bisa memilih sendiri jalan hidupnya. baik atau buruknya hidup manusia ditentukan oleh cara berfikir manusia itu sendiri, dalam hal ini pendidikan berperan penting dalam membentuk cara berpikir atau mind set manusia.

Kualitas suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas pendidikan bangsa itu sendiri, semakin tinggi kualitas pendidikan suatu bangsa, maka tingkat kemajuan serta perkembangan bangsa itu akan semakin tinggi. sebaliknya apabila kualitas pendidikan bangsa itu rendah, maka dapat dipastikan perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM)-nya akan rendah.

berbagai hal telah dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, mulai dari peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan sampai perubahan kurikulum pendidikan yang dihajatkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan serta sesuai dengan kebutuhan manusia itu sendiri.

Banyak kalangan menilai bahwa pendidikan kita masih sangat rendah, tujuan umum pendidikan Indonesia masih jauh dari harapan. banyak hal yang menyebabkan semua ini terjadi, tapi yang paling parah adalah meunculnya kepentingan pribadi yang mengintervensi dan memiliki pengaruh kuat dalam dunia pendidikan indonesia. munculnya beberapa kepentingan pribadi inilah yang menimbulkan beberapa ketimpangan dalam dunia pendidikan, sehingga kesan yang muncul adalah dunia pendidikan kita hanyalah mesin pencetak buruh-buruh murah.

Pandangan miring terhadap dunia pendidikan ini tentunya bukan hanya isapan jempol belaka, gambaran suram tentang dunia kerja menjadi mimpi yang menakutkan bagi para peserta didik kita, meningkatnya angka pengangguran merupakan kekhawatiran yang menjadi sangat akut bagi peserta didik kita yang tentunya berakibat pada lemahnya semangat belajar serta lemahnya kepercayaan masyarakat terhadap dunia pendidikan kita. tidak dapat dipungkiri bahwa peserta didik kita maupun masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa pendidikan adalah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, tolok ukur keberhasilan orang tua dalam mengukur keberhasilan pendidikan anak-anaknya adalah apabila anaknya telah bekerja sesuai dengan apa yang diinginkannya, dan yang parahnya lagi, sebagian besar masyarakat kita masih menjadikan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai idolanya. hal ini beralasan karena mind set masyarakat kita masih menganggap PNS sebagai suatu profesi yang mendapatkan kasta lebih dalam tatanan sosial masyarakat, ini tentu keliru, dan saya menganggap ini sebagai kesalahan besar. namun kita juga tidak bisa begitu saja menyalahkan cara fikir seperti ini, karena masyarakat juga menilai dari apa yang mereka saksikan. juga dari segi pekerjaan, PNS tidak terlalu berat, beban kerja sedikit dan jaminan kesejahteraan yang ada, sekali lagi ini tidak semuanya benar.

pola pikir masyarakat yang demikian tentunya menjadi pukulan dalam dunia pendidikan kita, orientasi pendidikan kita menjadi amburadul, saya katakan demikian karena sadar atau tidak kurikulum pendidikan kita memang membentuk karakter seperti itu. oleh sebab itu, kita mempunyai tugas berat yaitu merubah pola pikir masyarakat dari mendapatkan pekerjaan menjadi menciptakan pekerjaan.

ini merupakan tambahan bagi pengelola pendidikan kita, dimana kita sebagai pendidik harus menyadari akan tanggung jawab kita, bahwa kita harus mencetak manusia-manusia yang berpikir maju serta bertindak maju untuk kemajuan bangsa ini.

salah satu hal yang harus dipahami oleh dunia pendidikan adalah bahwa pendidikan kita harus berorientasi pada output, bukan pada input. artinya bahwa lembaga pendidikan merupakan tempat untuk mengasah, mengarahkan, serta mendidik insan Indonesia agar menjadi manusia yang siap menghadapi kehidupan dengan segala kompleksitasnya. bahwa kita jangan selalu berorientasi pada input, lembaga pendidikan seharusnya tidak selalu melakukan ujian seleksi masuk dengan menjadikan nilai sebagai tolok ukurnya, seharusnya lembaga pendidikan yang baik terbuka terhadap semua calon peserta didiknya untuk balajar dan mengaktualisasikan diri dalam lembaga pendidikan itu, bukan memilih dan mengelompokkan calon peserta didik berdasarkan tingkat kecerdasannya. bagaimanapun kondisi intelektual calon peserta didik haruslah diterima dengan penuh tanggung jawab, sehingga akan memacu semangat kita untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.

dengan kata lain, bahwa lembaga pendidikan adalah tempat untuk memproses manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang bukan apa-apa menjadi manusia yang dapat diperhitungkan bahkan akan menjadi revolusioner bagi kemajuan bangsa ini.
Share this article :

2 comments:

 
Copyright © 2011. Diagram Band - All Rights Reserved